Kamis, 28 Januari 2010

Cerita Jenaka

Celana panjang Pak Banjir
Disebuah desa, tinggallah Keluarga Pak Banjir, yang terdiri dari, Pak Banjir, istrinya, seorang anak perempuannya  yang menjelang dewasa, serta Ibu Mertua Pak Banjir.

Pada suatu hari menjelang hari raya Idul Fitri,Pak Banjir, baru saja berpergian dari kota,Namun  Kepulangannya tidak dihiraukan oleh keluarganya.  karena mereka sedang memasak untuk keperluan lebaran besok pagi. Pak Banjir bercerita, baru beli celana, tetapi kepanjangan kira kira satu jengkal jari, dan minta tolong untuk dipotongkan. Mendengar itu istrinya bertanya,apa ia juga dibelikan baju, juga ibu mertuanya, juga anaknya mereka minta bagian baju baru pula. Pak Banjir minta maaf, karena ia hanya bisa beli celana, dan uangnya sudah habis. Mendengar itu keluarganya jadi kecewa. Mereka kemudian meneruskan memasaknya.   
Pak Banjirpun jengkel dan masuk kekamar tidur, karena tidak satupun keluarganya memberi perhatian padanya.

Pak Banjir tidur sudah, keluarganya yang masakma
sakpun  sudah  tidur  pula. Kira  kira jam 12 malam Pak Banjir pun  terbangun,  ia  teringat  pada celana Ba ru nya Pak Banjir pun bangun, turun dari tempat tidur nya, lalu menuju tempat  menyimpan  Celana baru nya.

Diambil celananya lalu dipotongnya bagian kaki sepanjang satu jengkal jari, kemudian dijahit dengan rapi. Pak Banjir puas sekali, setelah celanaya dicoba betul betul ngepas sekali, sesuai dengan keinginan Pak Banjir sendiri.Setelah puas memandangi celananya, Pak Banjir membungkusnya kembali dan menyimpan ditempat semula. Pak Banjir pun kembali  tidur.

Pada keesokan paginya. Pak Banjir heran melihat  wajah keluarganya berseri seri dan tersenyum senyum. Pak Banjirpun tidak mau tahu, walaupun sebenrnya ingin tahu juga ada apa gerangan. Setelah mandi pagi, dan hendak memakai celananya, Pak Banjir berteriak kaget. Mengapa celanana panjangnya tidak berkaki lagi. Celana panjangnya se karang berubah menjadi celana pendek.Keluarganya jadi takut setengah mati. Istrinya menjelaskan, karena ia ingin jadi istri yang baik, maka jam 1 malam, ia bangun dan memotong celananya sejengkal jarinya, dan menjahitnya dengan rapi. Kemudian membungks celananya seperti semula dan disimpan ditempat semula. Ibu Mertuanya pun menjelaskan bahwa pada jam 2 pagi bangun, karena merasa kasihan melihat menantunya, minta dipotongkan celananya, kok tidak ada yang  nuruti,namun setelah melihat celananya sudah pendek, kok minta dipendekkan lagi maka ia menjadi ragu ragu untuk memotong kaki celananya. Mengapa menantuku minta dipotongkan sejengkal jari lagi ya. Tapi karena demi menantu. maka tidak berpikir panjang lagi, Ibu Mertua pun memotong sejengkal pula, sesuai dengan permintaan menantunya. Kemudian  menjahitnya dengan rapih, Setelah dijahit kemudian dirapikan dan dibungkus kembali dan diletakkan ditempat semula.Sedangkan anak perempuannya pada jam 3 pagi pun bangun, dan memotong bagian kaki celananya sepanjang sejengkal jarinya, dan dijahitnya rapih rapih. Setelah dijahit dibungkus dengan rapi dan diletakkan ditempat semula. Iapun tidur kembali.Walaupun sebelumnya sempat ragu mengapa celana yang sudah pendek itu, ayahnya minta dipotongkan satu jengkal pula.  Anak perempuannya melakukan apa yang disuruh ayahnya semalam.Sehingga celana itu menjadi tidak berkali lagi.

Setelah semuanya tahu duduk perkaranya, maka meledaklah ketawa mereka, mereka tertawa terbahak bahak. Rupanya mereka secara bergantian  telah memotong celana panjangnya Pak Bnajir hingga kaki celananya habis. Tahun ini Pak Banjir pun masih memakai sarung kesayangannya kembali, pergi ke masjid melaksanakan solat Idul Fitri dengan hati yang bahagia., bersama seluruh keluargannya.***

Diceritakan kembali oleh Wayang Wayang.